Kamis, 20 November 2008

Menelusuri Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan

Tulisan ini mungkin sedikit banyak terinspirasi oleh iklan saat hari pahlawan, tapi bukan berarti mengarah ke iklan tersebut. Saya ingin berbagi tentang pemikiran luhur beliau hingga mampu melahirkan ormas Islam yang begitu luar biasa yang mampu memberikan sumbangsih luar biasa buat bangsa yaitu Muhammadiyah.
Apa yang terpikir setelah mendengar kata Muhammadiyah? Rumah Sakit, Sekolah, bahkan film Laskar Pelangi.. Inilah yang dibentuk oleh KH Ahmad Dahlan yaitu membangun kepedulian dalam pendidikan utamanya, bahkan hal-hal yang cukup revolusioner pada masa penjajahan, misalnya shalat ied di lapangan (dimana masa-masa itu belanda takut akan aksi massa), dan penerjemahan Al-Qur'an (saat itu sangat dilarang oleh Belanda).

KH Dahlan ini merupakan pemikiran seorang ulama yang bervisi jauh ke depan dalam menatap nasib generasi. Pidatonya yang berjudul “Tali Pengikat Hidup Manusia” yang isinya: orang itu mesti beragama, dan agama itu pada mulanya bercahaya tapi makin lama makin suram. Padahal yang suram itu bukan agamanya, akan tetapi manusianya. Dalam tulisan berjudul Al-Islam dan Al-Qur’an—yang merupakan satu-satunya tulisan Dahlan yang dipublikasikan—dinyatakan adanya kekalutan dikalangan umat. Mereka pecah belah dan tidak pernah bersatu. Menurutnya, yang menyebabkan perpecahan itu adalah para pemimpin umat itu dangkal ilmunya, sehingga kalau bermusyawarah mereka selalu bersandar pada hawa nafsu dan tidak dengan ilmu. Dan para pemimpin yang berilmu tidak mengamalkan ilmunya hanya untuk bersombong dan untuk kepentingan sendiri. Hal ini mirip sekali dengan keadaan sekarang dimana pemimpin sudah tidak peduli rakyat hanya memikirkan dirinya sendiri. Ingat kata-katanya, Pemimpin itu sedikit bicara dan banyak kerja, bukan memperalat yang bodoh dan lemah untuk kepentigan pribadinya.

Bila menangkap isi ceramahnya yang dikumpulkan muridnya, HR Hadjid, tampak Kiai Dahlan itu ingin membangun masyarakat yang berjiwa sosial, yang senang berkorban untuk umat manusia. Dalam tafsir 17 Kelompok Ayat Dahlan tampak, bahwa KH Ahmad Dahlan sangat kukuh berpegang pada prinsip tauhid sebagai pijakan amal gerakannya. Namun kesalehan manusia (umat Islam) ini menurut KH Dahlan tidak berhenti pada kesalehan ibadah ritual, seperti menjalankan ibadah mahdah. Tapi harus utuh menjadi amal sosial. Itulah yang dimaksud amal saleh. Dengan merujuk antara lain, surat Al-Ma’un, KH Ahmad Dahlan berpandangan bahwa orang yang sekedar salat—secara ritual—tapi mengabaikan kepedulian sosial (antara lain ditunjukan terhadap anak yatim dan faqir miskin) itulah hakekat orang yang “lalai” (sahun) dalam salatnya. Sehingga masih terancam dengan neraka wail. Itulah pendusta agama—pembohong terhadap Allah—pura-pura saleh.

Dari tulisan KH Ahmad Dahlan dan pengungkapan HR Hadjid tentang KH Ahmad Dahlan, kita dapat menarik kesimpulan bahwa yang dalam menggerakan masyarakat untuk beramal dan berorganisasi KH Ahmad Dahlan berpegang pada beberapa prinsip yaitu: senantiasa mempertanggungjawabkan tindakan kepada Allah, perlu adanya ikatan persaudaraan berdasarkan kebenaran sejati, perlunya setiap pemimpin menambah terus ilmu sehingga bijaksana dalam mengambil keputusan, ilmu harus diamalkan, perlunya dilakukan perubahan untuk menuju keadaan lebih baik, dan mencontohkan jiwa berkorban. Jadi yang dikembangkan KH Ahmad Dahlan bukanlah sistem, tapi etos.

Dengan demikian cita-cita KH Ahmad Dahlan adalah ingin menumbuhkan masyarakat Islam. Maksud masyarakat Islam ini, masyarakat yang berkarakter Islam dengan pola sunah Muhammad saw. Yang menjadi ciri khas gerakan sunah Muhammad saw ini adalah membangun dan memberdayakan masyarakat. Mendidik masyarakat supaya terjadi perubahan perilaku menjadi berkarakter Islam dengan kesadaran dan ilmu, bukan dengan paksaan atau kekerasan. Sebagaimana yang dijalankan Muhammad saw (Sunnah). Sehingga ajaran Islam itu bisa dirasakan terasa simpatik, menyenangkan, dan menggembirakan, bukan menimbulkan anti pati, menyusahkan dan menakutkan masyarakat yang belum faham. Karena itulah usaha yang dijalankan KH Ahmad Dahlan bukanlah diartikan organisasi, tapi sebagai Gerakan bernama Persyarekatan Muhammadiyah. Muhammadiyah itu sebagai Gerakan Islam artinya yang mendukung pikiran dan ide Muhammadiyah itu sekedar orang-orang yang jadi anggota Muhammadiyah—lazimnya organisasi. Tapi yang mendukung gerakan Muhammadiyah adalah selain anggota, juga yang bukan anggota organisasi Muhammadiyah. Inilah rahasianya kenapa Muhammadiyah itu ide dan amalannya lebih besar dari organisasi Muhammadiyah atau jumlah anggotanya itu sendiri—yang menurut catatan resmi tahun 2000, tercatat sekitar 700 ribu orang.

Gagasan KH Ahmad Dahlan yang terpenting adalah terbentuknya jama’ah Islam, untuk bersama-sama berikhtiar mengamalkan ayat-ayat Al-Qur’an. Menurut pendapatnya fungsi Al-Qur’an sebagai kitab suci tidak hanya untuk dipelajari, apalagi sekedar untuk membaca dan dihafalkan. Oleh karena itu Ahmad Dahlan menjadikan Muhammadiyah sebagai organisasi yang diefektifkan untuk mengkaji al-Qur’an, sekaligus menjadi tempat bermusyawarah guna menyepakati pengamalannya. Oleh karenannya gerak Muhammadiyah tidak pernah lepas dari tiga amalan tersebut, ialah: pengkajian Al-Qur’an, Musyawarah, dan amal.

dari berbagai sumber.

Minggu, 16 November 2008

Ilmu itu pakai Nyontek

Yang namanya menyontek seolah telah lumrah di negeri kita. Dari anak TK sampai pejabat menggunakan jurus ini walaupun dengan metode yang beda pula. Nah, pernah salah satu guru waktu SMA pernah mengatakan ada sebuah.. entah pepatah arab atau hadits atau apalah.. begini katanya "Al-Ilmu Nuurun" di plesetin kalau mau ilmu mesti nurun (istilah nyontek atau mencontoh dalam bahasa jawa).. Wah mungkin bangsa kita pakai istilah ini untuk melegalkan semua cara.

Tugas Akhir-ku


Saya akan banyak berbagi ilmu tentang tugas akhir yang saya lakukan. Namun bisa saja ada beberapa perubahan di kemudian hari. Judul TA yang saya kerjakan yaitu "Pengembangan Sistem Persinyalan untuk Optimisasi Kapasitas Lintas Kereta Api Jalur Ganda". Dari judul tampak kata kunci Sistem persinyalan, Optimisasi, dan Kapasitas Lintas. Dari ketiga keyword tersebut akan saya bahas satu persatu.

Pertama, Sistem Persinyalan
Merupakan bagian terpenting dalam prasarana perkeretaapian. Tanpa sistem persinyalan maka akan menyebabkan banyak terjadi kecelakaan dan kekacauan jadwal. Apalagi kita ketahui bersama bahwa KA melekat pada jalurnya sehingga sulit untuk menghindar dari apa pun yang ada di rel, ditambah jarak pengeremannya juga tidak sependek kendaraan jalan raya.

Kedua, Optimisasi
Merupakan suatu cara untuk memperoleh hasil yang paling kita inginkan, tentunya yang paling menguntungkan buat kita. Disini saya menggunakan Integer Programming (Pemrograman Bilangan Bulat) sebagai tools untuk memecahkan masalah optimisasi diatas.

Ketiga, Kapasitas Lintas
Bisa dikatakan merupakan kemampuan maksimum suatu lintasan untuk menampung volume jumlah kendaraan pada waktu tertentu.

to be continue...

O, Pahlawan Negeriku

“Di masa pembangunan ini”, kata Chairil Anwar mengenang Diponegoro, “Tuan hidup kembali. Dan bara kagum menjadi api”.
Kita selalu berkata jujur kepada nurani kita ketika kita melewati persimpangan jalan sejarah yang curam. Saat itu kita merindukan pahlawan. Seperti Chairil Anwartahun itu, 1943, yang merindukan Diponegoro. Seperti juga kita saat ini. Saat ini benar kita merindukan pahlawan itu. Karena krisis demi krisis telah merobohkan satu per satu sendi bangunan negeri kita. Negeri ini hampir seperti kapal pecah yang tak jemu-jemu dihantam gunungan ombak.
Di tengah badai ini kita merindukan pahlawan yang, kata Sapardi, “telah berjanjikepada sejarah untuk pantang menyerah”. Pahlawan yang, kata Chairil Anwar, “berselimpangan semangat yang tak bisa mati.” Pahlawan yang akan membacakan “Pernyataan” Mansur Samin:

Demi amanat dan beban rakyat
Kami nyatakan ke seluruh dunia
Telah bangkit di tanah air kami
Sebuah aksi perlawanan
Terhadapa kepalsuan dan kebohongan
Yang bersarang dalam kekuasaan
Orang-orang pemimpin gadungan


Maka datang jugalah aku ke sana, akhirnya. Untuk kali pertama. Ke Taman Makam Pahlawan, di Kalibata. Seperti dulu aku pernah datang ke makam para sahabat Rasulullah saw di Baqi’ dan Uhud, di Madinah. Karena kerinduan itu. Kudengar Chairil Anwar seperti mewakili mereka:

Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja kami belum selesai, belum apa-apa
Kami sudah beri kami punya jiwa
Kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa
Kami Cuma tulang-tulang berserakan
Tapi kami adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan


Tulang-tulang berserakan itu. Apakah makna yang kita berikan kepada mereka? Ataukah tak lagi ada wanita di negeri ini yang mampu melahirkan pahlawan? Seperti wanita-wanita Arab yang tak lagi mampu melahirkan lelaki seperti Khalid bin Walid? Ataukah tak lagi ada ibu yang mau, seperti kata Taufiq Ismail di tahun 1966, “merelakan kalian pergi berdemonstrasi.. karena kalian pergi menyempurnakan.. kemerdekaan negeri ini.”
Tulang belulang berserakan itu. Apakah makna yang kita berikan kepada mereka? Ataukah, seperti kata Sayyid Quthub, “Kau mulai jemu berjuang, lalu kau tanggalkan senjata di bahumu?”
Tidak! Kaulah pahlawan yang kurindu itu. Dan beratus jiwa di negeri sarat nestapa ini. Atau jika tidak, biarlah kepada diriku saja aku berkata: jadilah pahlawan itu.

Diambil dari buku Mencari Pahlawan Indonesia
Kumpulan tulisan karya Anis Matta

Rabu, 12 November 2008

Konsep Relay



-Relay digunakan untuk logika kontrol
-Relay adalah alat sederhana yang menggunakan medan magnetik untuk mengontrol switch
-Kontak yang menutup pada saat energized coil disebut normally open. Kontak yang menutup pada saat tidak ada energized coil disebut normally closed

Minggu, 09 November 2008

Apakah Tuhan Menciptakan Kejahatan?

Apakah Tuhan menciptakan segala yang
ada? Apakah kejahatan itu ada? Apakah Tuhan
menciptakan kejahatan? Seorang Profesor dari sebuah
universitas terkenal menantang mahasiswa-mahasiswa nya
dengan pertanyaan ini, "Apakah Tuhan menciptakan
segala yang ada?".

Seorang mahasiswa dengan berani menjawab, "Betul, Dia
yang menciptakan
semuanya". "Tuhan menciptakan semuanya?" Tanya
professor sekali lagi. "Ya, Pak, semuanya" kata
mahasiswa tersebut. Profesor itu menjawab, "Jika Tuhan
menciptakan segalanya, berarti Tuhan menciptakan
Kejahatan. Karena kejahatan itu ada, dan menurut
prinsip kita bahwa pekerjaan kita menjelaskan siapa
kita, jadi kita bisa berasumsi bahwa Tuhan itu adalah
kejahatan." Mahasiswa itu terdiam dan tidak bisa
menjawab hipotesis professor tersebut.

Profesor itu merasa menang dan menyombongkan diri
bahwa sekali lagi dia telah membuktikan kalau agama
itu adalah sebuah mitos. Mahasiswa lain mengangkat
tangan dan berkata, "Profesor, boleh saya bertanya
sesuatu?"
"Tentu saja," jawab si Profesor
Mahasiswa itu berdiri dan bertanya, "Profesor, apakah
dingin itu ada?"
"Pertanyaan macam apa itu? Tentu saja dingin itu ada.
Kamu tidak pernah sakit flu?" Tanya si professor
diiringi tawa mahasiswa lainnya. Mahasiswa itu
menjawab, "Kenyataannya, Pak, dingin itu tidak ada.
Menurut hukum fisika, yang kita anggap dingin itu
adalah ketiadaan panas. Suhu -460F adalah ketiadaan
panas sama sekali. Dan semua partikel menjadi diam dan
tidak bisa bereaksi pada suhu tersebut. Kita
menciptakan kata dingin untuk mendeskripsikan
ketiadaan panas.

Mahasiswa itu melanjutkan, "Profesor, apakah gelap itu
ada?" Profesor itu menjawab, "Tentu saja itu ada."
Mahasiswa itu menjawab, "Sekali lagi anda salah, Pak.
Gelap itu juga tidak ada. Gelap adalah keadaan dimana
tidak ada cahaya. Cahaya bisa kita pelajari, gelap
tidak. Kita bisa menggunakan prisma Newton untuk
memecahkan cahaya menjadi beberapa warna dan
mempelajari berbagai panjang gelombang setiap warna.
Tapi Anda tidak bisa mengukur gelap. Seberapa gelap
suatu ruangan diukur dengan berapa intensitas cahaya
di ruangan tersebut. Kata gelap dipakai manusia untuk
mendeskripsikan ketiadaan cahaya."

Akhirnya mahasiswa itu bertanya, "Profesor, apakah
kejahatan itu ada?" Dengan bimbang professor itu
menjawab, "Tentu saja, seperti yang telah kukatakan
sebelumnya. Kita melihat setiap hari di Koran dan TV.
Banyak perkara kriminal dan kekerasan di antara
manusia. Perkara-perkara tersebut adalah manifestasi
dari kejahatan."

Terhadap pernyataan ini mahasiswa itu menjawab,
"Sekali lagi Anda salah, Pak. Kejahatan itu tidak ada.
Kejahatan adalah ketiadaan Tuhan. Seperti dingin atau
gelap, kejahatan adalah kata yang dipakai manusia
untuk mendeskripsikan ketiadaan Tuhan. Tuhan tidak
menciptakan kejahatan. Kejahatan adalah hasil dari
tidak adanya kasih Tuhan di hati manusia. Seperti
dingin yang timbul dari ketiadaan panas dan gelap yang
timbul dari ketiadaan cahaya."
Profesor itu terdiam.

Nama mahasiswa itu adalah Albert Einstein. Kisah
Nyata.

Sumber : milis dosen ITB

Nasihat yang Jitu

Nasehat bukan serangkaian kata-kata retoris, dia muncul dari jiwa yang kuat berhubungan dengan sang pemilik hati, Allah swt. Sukses dan gagalnya nasehat justeru banyak ditentukan oleh kedalaman hubungan seseorang dengan Allah swt. Mau bukti, ikuti ibrah berikut ini!

Pada suatu hari Ibrahim bin Adham didatangi oleh seorang lelaki yang gemar melakukan maksiat. Lelaki tersebut bernama Jahdar bin Rabi'ah. Ia meminta nasehat kepada Ibrahim agar ia dapat menghentikan perbuatan maksiatnya.

Ia berkata, "Ya Aba Ishak, aku ini seorang yang suka melakukan perbuatan maksiat. Tolong berikan aku cara yang ampuh untuk menghentikannya!"
Setelah merenung sejenak, Ibrahim berkata, "Jika kau mampu melaksanakan lima syarat yang kuajukan, aku tidak keberatan kau berbuat dosa."

Tentu saja dengan penuh rasa ingin tahu yang besar Jahdar balik bertanya, "Apa saja syarat-syarat itu, ya Aba Ishak?"

"Syarat pertama, jika engkau melaksanakan perbuatan maksiat, janganlah kau memakan rezeki Allah," ucap Ibrahim.
Jahdar mengernyitkan dahinya lalu berkata, "Lalu aku makan dari mana? Bukankah segala sesuatu yang berada di bumi ini adalah rezeki Allah?"
"Benar," jawab Ibrahim dengan tegas.
"Bila engkau telah mengetahuinya, masih pantaskah engkau memakan rezeki-Nya, sementara Kau terus-menerus melakukan maksiat dan melanggar perintah-perintahnya?"
"Baiklah," jawab Jahdar tampak menyerah.
"Kemudian apa syarat yang kedua?"
"Kalau kau bermaksiat kepada Allah, janganlah kau tinggal di bumi-Nya," kata Ibrahim lebih tegas lagi.

Syarat kedua membuat Jahdar lebih kaget lagi. "Apa? Syarat ini lebih hebat lagi. Lalu aku harus tinggal di mana? Bukankah bumi dengan segala isinya ini milik Allah?"
"Benar wahai hamba Allah. Karena itu, pikirkanlah baik-baik, apakah kau masih pantas memakan rezeki-Nya dan tinggal di bumi-Nya, sementara kau terus berbuat maksiat?" tanya Ibrahim.
"Kau benar Aba Ishak," ucap Jahdar kemudian.

"Lalu apa syarat ketiga?" tanya Jahdar dengan penasaran.
"Kalau kau masih bermaksiat kepada Allah, tetapi masih ingin memakan rezeki-Nya dan tinggal di bumi-Nya, maka carilah tempar bersembunyi dari-Nya."
Syarat ini membuat lelaki itu terkesima. "Ya Aba Ishak, nasihat macam apa semua ini? Mana mungkin Allah tidak melihat kita?"
"Bagus! Kalau kau yakin Allah selalu melihat kita, tetapi kau masih terus memakan rezeki-Nya, tinggal di bumi-Nya, dan terus melakukan maksiat kepada-Nya, pantaskah kau melakukan semua itu?" tanya Ibrahin kepada Jahdar yang masih tampak bingung dan terkesima. Semua ucapan itu membuat Jahdar bin Rabi'ah tidak berkutik dan membenarkannya.

"Baiklah, ya Aba Ishak, lalu katakan sekarang apa syarat keempat?"
"Jika malaikat maut hendak mencabut nyawamu, katakanlah kepadanya bahwa engkau belum mau mati sebelum bertaubat dan melakukan amal saleh."

Jahdar termenung. Tampaknya ia mulai menyadari semua perbuatan yang dilakukannya selama ini. Ia kemudian berkata, "Tidak mungkin... tidak mungkin semua itu aku lakukan."

"Wahai hamba Allah, bila kau tidak sanggup mengundurkan hari kematianmu, lalu dengan cara apa kau dapat menghindari murka Allah?"
Tanpa banyak komentar lagi, ia bertanya syarat yang kelima, yang merupakan syarat terakhir. Ibrahim bin Adham untuk kesekian kalinya memberi nasihat kepada lelaki itu.

"Yang terakhir, bila malaikat Zabaniyah hendak menggiringmu ke neraka di hari kiamat nanti, janganlah kau bersedia ikut dengannya dan menjauhlah!"
Lelaki itu nampaknya tidak sanggup lagi mendengar nasihatnya. Ia menangis penuh penyesalan. Dengan wajah penuh sesal ia berkata, "Cukup...cukup ya Aba Ishak! Jangan kau teruskan lagi. Aku tidak sanggup lagi mendengarnya. Aku berjanji, mulai saat ini aku akan beristighfar dan bertaubat nasuha kepada Allah."

Jahdar memang menepati janjinya. Sejak pertemuannya dengan Ibrahim bin Adham, ia benar-benar berubah. Ia mulai menjalankan ibadah dan semua perintah-perintah Allah dengan baik dan khusyu'.
Ibrahim bin Adham yang sebenarnya adalah seorang pangeran yang berkuasa di Balakh itu mendengar bahwa di salah satu negeri taklukannya, yaitu negeri Yamamah, telah terjadi pembelotan terhadap dirinya. Kezaliman merajalela. Semua itu terjadi karena ulah gubernur yang dipercayainya untuk memimpin wilayah tersebut.

Selanjutnya, Ibrahim bin Adham memanggil Jahdar bin Rabi'ah untuk menghadap. Setelah ia menghadap, Ibrahim pun berkata, "Wahai Jahdar, kini engkau telah bertaubat. Alangkah mulianya bila taubatmu itu disertai amal kebajikan. Untuk itu, aku ingin memerintahkan engkau untuk memberantas kezaliman yang terjadi di salah satu wilayah kekuasaanku."

Mendengar perkataan Ibrahim bin Adham tersebut Jahdar menjawab, "Wahai Aba Ishak, sungguh suatu anugrah yang amat mulia bagi saya, di mana saya bisa berbuat yang terbaik untuk umat. Dan tugas tersebut akan saya laksanakan dengan segenap kemampuan yang diberikan Allah kepada saya. Kemudian di wilayah manakah gerangan kezaliman itu terjadi?"
Ibrahim bin Adham menjawab, "Kezaliman itu terjadi di Yamamah. Dan jika engkau dapat memberantasnya, maka aku akan mengangkat engkau menjadi gubernur di sana."

Betapa kagetnya Jahdaar mendengar keterangan Ibrahim bin Adham. Kemudian ia berkata, "Ya Allah, ini adalah rahmat-Mu dan sekaligus ujian atas taubatku. Yamamah adalah sebuah wilayah yang dulu sering menjadi sasaran perampokan yang aku lakukan dengan gerombolanku. Dan kini aku datang ke sana untuk menegakkan keadilan. Subhanallah, Maha Suci Allah atas segala rahmat-Nya."

Kemudian, berangkatlah Jahdar bin Rabi'ah ke negeri Yamamah untuk melaksanakan tugas mulia memberantas kezaliman, sekaligus menunaikan amanah menegakkan keadilan. Pada akhirnya ia berhasil menunaikan tugas tersebut, serta menjadi hamba Allah yang taat hingga akhir hayatnya.

PLC

PLC (Programmable Logic Controller) merupakan suatu perangkat elektronik digital dengan memory yang dapat diprogram untuk menyimpan instruksi-instruksi yang menjalankan fungsi-fungsi spesifik, seperti: logika, sekuen, timing, counting, dan aritmetika untuk mengontrol mesin dan proses.

Merupakan “komputer khusus” untuk aplikasi di industri, digunakan untuk memonitor & mengontrol proses industri untuk menggantikan hard-wired control (rangkaian relai/kontaktor) dan memiliki bahasa pemrograman sendiri.

Berbeda dengan Personal Computer, dalam PLC sudah dilengkapi unit input-output digital yang bisa langsung dihubungkan ke perangkat luar (switch, sensor, relay, dll) bahkan ada yang sudah memiliki ADC/DAC built-in.

PLC diperkenalkan pertama kali oleh Madicon pada tahun 1969 (sekarang sebagian dari gold electronics) for general motors hydramatic division. Kemudian beberapa perusahaan seperti Allen Bradly, General electric, GEC, Siemens dan Westinghouse yang memproduksinya dengan harga standart dan dengan kemampuan tinggi. Pemasaran PLC dengan harga rendah didominasi oleh perusahaan – perusahaan dari Jepang seperti Mitsubishi, Omron, Toshiba.

to be continue...

Kamis, 06 November 2008

Fisika Teknik ITB

Tugas Akhir-ku.. Nasibmu kini...

Memang walau cuma mengambil dua mata kuliah tapi rasa-rasanya mengerjakan tugas akhir kok kayaknya sulit dan lama banget ya. Jadi ya bingung deh.
Daripada aku mengalami kebingungan, akhirnya ku arahkan kebingunganku ke tempat lain. Kalau ga diskusi bareng kawan atau ngurusin proyek yang tak kunjung kelar pula. Ditambah paling tidak ikutan kursus atau mengadakan training PLC di lab atau di tempat lain.
Minta saran dari kawan-kawan nih.......