Rabu, 30 April 2008

PKS dan Hizbut Tahrir

MENYIMAK kegiatan pemuda Muslim beberapa dasawarsa terakhir, saya semakin optimistis bahwa kiamat belum segera datang pada abad ini akibat tidak ada lagi orang yang bersedia memperjuangkan Islam. Wallahualam, hanya Allah Yang Mahatahu kapan tepatnya kiamat akan terjadi.

Tidaklah berlebihan apabila kita memberikan apresiasi yang sangat tinggi kepada generasi muda Muslim sekarang yang terus gigih melakukan perjuangan di tengah semakin gencarnya tekanan dari kalangan non-Muslim. Mereka, khususnya Barat, seperti tidak pernah berhenti mencari celah dan menunggu momentum umat Islam berbuat kesalahan dan anarkis. Begitu umat Islam terjebak, telunjuk mereka secara beramai-ramai akan menunjuk muka umat Islam sembari berteriak, "Terorissss…!"

Anton Winardi dalam bukunya Konsep Negara & Gerakan Islam Baru -- Menuju Negara Modern Sejahtera telah memberikan kontribusi yang signifikan bagi penggambaran peta perjuangan dakwah kaum Muslimin, baik yang berjuang melalui pembentukan partai politik maupun pembentukan organisasi massa dan LSM. Anton berhasil secara apik melukiskan peta perbedaan maupun kesamaan antara Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Hizbut Tahrir (HT).

Apresiasi banyak diberikan kepada para aktivis PKS dan HT. Mereka pada umumnya digambarkan sebagai generasi muda yang sangat peduli terhadap Islam dan menyadari sepenuhnya posisi kaum Muslimin yang sehasta demi sehasta dan sejengkal demi sejengkal menjadi kacung dan akhirnya menjadi "bancakan" masyarakat Barat. Kesadaran ini sangat penting, mengingat sejak bangsa Indonesia berkenalan dengan bangsa Barat empat abad yang lalu, mereka senantiasa memperlakukan bangsa ini tak lebih sebagai budak dan sapi perahan. Selama berabad-abad, mereka menjajah Indonesia dan negara-negara dunia ketiga. Lepas dari penjajahan secara teritorial, mereka kemudian memasang perangkap dengan berbagai pinjaman dan utang, sehingga pada akhirnya semua kekayaan milik bangsa ini mereka kuasai tanpa menyisakan sedikit pun untuk rakyat, kecuali kesengsaraan dan penderitaan. Tak pernah ada niat baik dari mereka kecuali mengajak masyarakat dunia ketiga masuk ke dalam lubang kadal sebagaimana disabdakan Nabi Muhammad saw.

Anton dalam penelitiannya berhasil secara jernih membedakan antara PKS dan HT. PKS digambarkan sebagai partai yang beranggapan bahwa Islam dan negara tidak dapat dipisahkan, karena syariat Islam menyangkut seluruh aspek kemasyarakatan. Jalan yang ditempuh adalah dengan masuk ke dalam pemerintahan yang ada dan menjalankan setiap mekanisme yang telah ditetapkan. Walaupun demikian, setelah berganti nama menjadi PKS pada Pemilu 2004, partai ini dalam usulannya mengenai amendemen UUD 1945 Pasal 29 tidak lagi menganggap penting warisan Piagam Jakarta. PKS justru mengusulkan konsep yang menunjukkan kecenderungan pluralisme yaitu Piagam Madinah.

Sementara Hizbut Tahrir, menurut Anton (Minardi, 2008: 12-13), mengusulkan agar Islam dijadikan sebagai landasan pemerintahan dan negara, bahkan mengusulkan didirikan khilafah. Dalam merealisasikan gagasannya, HT menolak bergabung ke dalam sistem pemerintahan Indonesia yang ada, karena dianggap tidak sesuai dengan sistem Islam.

Kesamaan keduanya adalah, PKS dan HT melakukan perekrutan anggota dengan ajakan yang sifatnya persuasif, yang berangkat dari penyadaran akan eksistensi manusia sebagai khalifah beserta tugas-tugasnya dan memberikan pemahaman mengenai sistem Islam yang harus diterapkan dalam seluruh kehidupan manusia yang beriman. Perekrutan yang dilakukan dapat melalui acara formal partai maupun melalui berbagai kegiatan yang sifatnya penambahan wawasan, seperti seminar maupun kegiatan sosial. Dakwah dan pembinaan selanjutnya dilakukan secara terstruktur, baik secara materi maupun jenjang pembinaan sesuai dengan keaktifan dan loyalitas seseorang kepada partai.

Yang pasti, PKS dan HT membawa pemahaman yang relatif baru mengenai pemerintahan menurut Islam. PKS menerima terminologi demokrasi masuk ke dalam sistem pemerintahan dan membangun komunitasnya di tengah masyarakat dengan prinsip tarbiah. Sementara HT menolak konsep demokrasi Barat yang dianggap terlalu mengedepankan kebebasan individu yang dianggap menyimpang. Mereka mengampanyekan berdirinya khilafah Islam sebagai penggantinya dengan cara berjuang secara damai di luar sistem pemerintahan dengan melakukan dialog terbuka dan membangun komunitas di luar sistem. Gerakan PKS semakin mendapatkan tempat di berbagai kalangan di Indonesia, terutama kalangan intelektual dan ekonomi menengah.

Perbedaan antara PKS dan Hizbut Tahrir justru saling melengkapi. Perbedaan yang berhasil diidentifikasi bukan untuk dipertentangkan, melainkan masing-masing harus memainkan peran yang saling melengkapi demi `Izzul Islam Walmuslimin. Dalam hal ini saya teringat dengan Jujun S. Suriasumantri yang menulis buku Filsafat Ilmu. Beliau meminjam pemikiran Will Durant yang menjelaskan bahwa hubungan antara ilmu dan filsafat seperti pasukan marinir yang berhasil merebut pantai untuk pendaratan pasukan infanteri. Pasukan infanteri ini adalah sebagai pengetahuan yang di antaranya adalah ilmu. Filsafatlah yang memenangi tempat berpijak bagi kegiatan keilmuan. Setelah itu, ilmulah yang membelah gunung dan merambah hutan, menyempurnakan kemenangan ini menjadi pengetahuan yang dapat diandalkan.

Demikian pula PKS dan HT, bagi saya, PKS adalah filsafat yang bertindak sebagai marinir yang harus merebut pantai hati masyarakat. PKS harus memberikan praktik dan contoh politik islami dan membuktikan bahwa Islam adalah rahmatan lil `alamin yang mampu memberikan kesejahteraan lahir maupun batin. Jika praktik politik islami yang diperagakan PKS dapat menjadi solusi bagi bangsa Indonesia yang tengah mengalami krisis multidimensional, niscaya masyarakat semakin percaya dengan konsep Islam. Pada saat demikian, HT yang bertindak sebagai ilmu pengetahuan bagaikan pasukan infanteri. Kalau hati rakyat sudah direbut dengan Islam, apa pun namanya tentang sistem politik Islam akan diterima tanpa reserve.

Sembari terus meminta pertolongan kepada Allah SWT, kita harus senantiasa mewaspadai kemungkinan padamnya api perjuangan Islam sambil berharap dua gerakan yang semakin menampakkan hasil yang efektif. ***

H.M. Didi Turmudzi, dosen filsafat ilmu Program Doktor Ilmu Manajemen Universitas Pasundan.

Minggu, 27 April 2008

ITB Di Mataku

Kampus yang katanya merupakan kampus paling elit di negeri ini. Ada yang mengatakan
inputnya merupakan 5% pelajar terbaik di Indonesia. Ada juga yang mengatakan sebagai institut terbaik bangsa. Wah pokoknya banyak lagi.

Mungkin hal itu benar puluhan tahun yang lalu, namun sekarang harusnya dipertanyakan kembali. masih layakkah kampus ini diberi gelar-gelar itu. Kalau saya merasakan 4 (empat) tahun kuliah di itb prestasi yang diperlihatkan sebenarnya biasa-biasa saja. Kalau pun ada prestasi yang bagus tidak terlalu terdengar. Ada juga celotehan dari kawan kalau itb ga peduli sama mahasiswanya tapi kalau udah mahasiswa tsb menang baru pihak kampus pengen ikutan nimbrung. Belum lagi prestasi itb pada lomba-lomba yang diikuti tidak memberikan hasil yang baik. Bisa saya katakan bayar mahal tapi ga dapat apa-apa. Contoh sederhana lomba GALELOBOT yang tenyata dimenangkan semuanya oleh kampus-kampus luar itb seperti UGM, dan Gunadharma. Sama juga dengan lomba-lomba kemahasiswaan itb bisa dikatakan jarang sekali menang. Ini harusnya jadi pelajaran untuk kita semua.

Selain itu, banyak hal yang berubah di kampus ini sejak awala saya masuk hingga sekarang, bahkan cukup cepat perubahannya. Saat awal dulu tidak banyak saya lihat mobil dan motor di area parkir, tapi sekarang bahkan sampai tidak muat untuk parkir. Hal yang aneh dimana bangsa ini semakin miskin tapi ITB makin kaya.. Yah, itu mungkin salah satu penyebabnya adalah pihak itb atau bahkan mungkin elit-elit pendidikan yang semakin gila duit. Ada juga yang mengatakan disebabkan oleh digulirkannya BHMN. Kalau di lihat-lihat lagi ternyata jenjang SD, SLTP, dan SMA pun ada yang seperti itu.. Seperti judul bukunya Mas Eko Prasetyo, orang miskin dilarang sekolah.

Ada juga yang membuat saya miris melihat kampus ini yaitu kurang pedulinya mahasiswa terhadap lingkungan sekitar. Tidak perlu jauh-jauh, ga sedikit mahasiswa itb yang ga kenal tetangganya, bahkan tetangga kosnya, apalagi masyarakat. Kepedulian cuma di gembar-gemborkan lewat acara yang menurut saya ga nyambung bahkan bisa dikatakan percuma. Saya jadi ragu kebangkitan bangsa ini akan ada jika generasi masih seperti ini. Apatis.

Keberadaan itb sepertinya hampir tidak bermanfaat. Berbagai polemik di Bandung seharusnya bisa di atasi dimana banyak sekali orang-orang cerdas. Tapi kenyataannya tidak. Yang paling dekat adalah masalah sampah Bandung. lebih dekat lagi sebelah kampus kita. Apakah mahasiswa hanya dijadikan calon robot-robot industri? budak-budak perusahaan multinasional? mungkin saja.. Wah jadi salah kaprah sistem pendidikan kita. Semakin lama semakin kapitalis.

Yang paling parah adalah munculnya kaum hedon muda. Mungkin jaman dulu kaum priyayi. Orang-orang kelas atas yang ga peduli sekitarnya. Apakah hidup hanya untuk hura-hura, berpikir sempit, walau kita tahu anak itb cerdas-cerdas. Tapi apatis. Ga peduli dengan sekitarnya. Bisa-bisa bangsa ini sudah hancur kaum ini masih mikir yang enak-enak aja. Padahal itb dikenal sejak dulu sebagai kampus perjuangan.

Beberapa paragraf diatas merupakan bentuk sindiran terhadap ITB dan diri saya sendiri yang ada di dalamnya..Mudah-mudahan kita tidak menjadi orang yang makin hari makin tidak baik.. itulah orang-orang yang merugi.

Sabtu, 19 April 2008

Bangkitnya Kepemimpinan Anak Muda

Beberapa waktu yang lalu santer berita tentang kampanye saatnya anak muda memimpin. Ternyata hal ini benar-benar terjadi secara sadar atau tidak. Kepemimpinan politik di Indonesia mulai dipegang anak-anak muda, dalam hal ini jauh dari status quo yang di pegang oleh kaum tua. Mungkin hal ini juga akibat sudah tidak puasnya kepemimpinan orang-orang tua di Indonesia yang bukannya bertambah baik namun semakin hancur saja.

Terbukti dengan munculnya tokoh-tokoh muda baik di tiap ormas, partai, dan lain-lain. Rata-rata mereka cukup kritis terhadap kinerja orang-orang tua di organisasinya sendiri. Tokoh-tokoh muda di Indonesia dalam bidang politik di pegang oleh orang-orang yang berada di bawah 50 tahun.

Saya melihat akan ada perubahan secara drastis tentang masalah kepemimpinan politik di Indonesia. Lihat saja fenomena kemenangan pasangan HADE dalam pilgub Jabar diikuti beberapa wilayah lain yang juga mengusung paling tidak kombinasi tua-muda seperti SUMUT, JATIM, dll. Harapan kita adalah semoga dengan adanya fenomena merebaknya kepemimpinan anak muda bisa membawa perubahan Indonesia menjadi lebih baik dari sebelumnya. Namun bila hal itu tidak terbukti maka sudah pantas negri ini sudah kehabisan stok para pemimpin. Sungguh miris..

Kamis, 17 April 2008

Kisah Bahagia PKS

Fenomena-fenomena dalam partai dakwah ini begitu terasa. Banyak kejadian-kejadian yang mampu melecutkan semangat kepada seluruh kader PKS se-nusantara. Kejadian-kejadian terdekat itu antara lain:

1. Kemenangan Pilkada di Jawa Barat
2. Rencana Ust. Hidayat Nur Wahid melepas masa lajangnya lagi
3. Kemenangan Pilkada di Sumatera Utara

Senin, 14 April 2008

HADE Menang.. Allahu Akbar!!

Kemenangan HADE sudah bisa dipastikan.. melalui penghitungan Quick Count Berbagai Lembaga survey telah memastikannya..
Mudah-mudahan bukan hanya kemenangan survey saja tau polling saja.. tapi merupakan kemnengan nyata dan juga kemenangan dakwah untuk Jawa Barat.. tentunya kemenangan ini tetap harus dituntaskan untuk meraih kemenangan-kemenangan dakwah lainnya..
Selamat untuk pasangan HADE..
Mudah-mudahan juga menjadi penyemangat ikhwah-ikhwah di daerah.. SUMUT, KALTIM, JATIM, KOTA MALANG, dll sedang menyusul..
Untuk Dakwah yang lebih baik...

ALLAHU ALBAR!!!

Rabu, 09 April 2008

SBY Tegur Peserta Kursus Lemhanas yang Tertidur

Pembekalan pada pembukaan kursus bagi Kepala Daerah di Lemhanas menjadi sedikit berbeda hari ini, Selasa, 8 April ketika tiba gilirannya Bapak Presiden memberikan pembekalan, tiba-tiba bapak Presiden menunjuk ke belakang sambil berkata,”Itu yang tidur dibangunkan!”. Setelah peserta yang tertidur itu bangun Presiden SBY melanjutkan, “Kalau mau tidur di luar saja.Bagaimana mau jadi pemimpin kalau di sini saja tidur. Kalian kan dipilih langsung oleh rakyat. Harusnya malu”.

Itulah sekilas cuplikan yang berhasil saya saksikan langsung melalui siaran ulang Indosiar siang ini.

Sungguh mengenaskan, kepergok tidur di depan kepala negara. Memang kita harus prihatin dengan kualitas pejabat-pejabat kita. Di depan Presiden saja bisa tidur apalagi di daerah yang jauh dari Presiden ya.

diambil dari:

http://www.wikimu.com/

Bangkitlah Negriku Harapan Itu Masih Ada


Kalimat optimis dari sekumpulan orang-orang bervisi besar.. membangun negri ini karena cintanya.. tak pernah lelah walau berat menghadapinya..
Tampak berbeda penampilan Partai Keadilan Sejahtera yang lebih elegan, terbuka, dan lebih bisa diterima semua orang, semua kalangan. Ditambah dengan motto barunya Bersih, Peduli, dan Profesional menampakkan lebih besar harapannya untuk membangun negri ini. Salah satu penstimulus tampaknya wajah baru PKS adalah Munas PKS di Bali beberapa saat lalu. Berusaha menjadi partai yang lebih terbuka, lebih merakyat, lebih mendengar, dan tentu saja lebih banyak amalnya..
Mudah-mudahan dengan tampilan baru PKS yang lebih elegan ini bisa menjadi pemantik untuk kebangkitan bangsa Indonesia..

Bangkitlah Negriku Harapan Itu Masih Ada..

Senin, 07 April 2008

Selamat Tinggal Pakde...

Innalillahi wa inna ilaihi raji'un..
Pada hari Kamis 3 April 2008 sekitar pukul 12.00 di desa bajulan, kecamatan loceret, kabupaten Nganjuk pakde(paman/ kakak dari ibu) saya.. saya biasa memanggilnya "Pakde Sugeng" telah menghadap ke hadirat Allah SWT. Almarhum terkena penyakit "Angin Duduk" atau istilah kerennya "Sindrom Jantung Koroner Akut"... Sebelumnya almarhum terlihat biasa saja bahkan sebelum meninggal sempat ke mencangkul di sawah.. lalu mandi dan diketahui beliau meninggal pada saat shalat..
Mudah-mudahan arwahya di terima Allah SWT.. dan diberi kesabaran kepada keluarganya.. bulek dan Sepupu-sepupuku yang masih kecil-kecil..
Selamat Jalan Pakde...